Jumat, 17 Juni 2011

4 Kiat Memulai Kebiasaan Menabung





Citigroup Asia Pasific belum lama ini merilis hasil riset yang dilakukannya melalui wawancara online kepada 500 responden di seluruh Indonesia. Sebagian besar orang Indonesia dengan penghasilan rata-rata Rp 10 juta per bulan optimistis dengan masa depan finansialnya. Meskipun begitu, dengan penghasilan tersebut, hanya 67 persen responden yang terbiasa menabung secara rutin. Padahal kebiasaan menabung bisa dimulai dengan sejumlah langkah sederhana yang bisa dijalankan siapa saja, terutama bagi mereka dengan penghasilan di atas rata-rata kebanyakan orang Indonesia.

Membangun kebiasaan menabung bisa dimulai dengan sejumlah cara ini:
1. Tujuan menabung
Tentukan apa yang menjadi tujuan Anda dalam menabung. Dengan begitu Anda memiliki target tertentu yang termotivasi untuk menabung setiap bulannya. Menurut perencana keuangan Ligwina Poerwo-Hananto, kerap kali orang yang kesulitan untuk konsisten menabung setiap bulan karena mereka tak memiliki target yang jelas. Menurutnya, bahkan target pun harus dibuat semenarik mungkin untuk memotivasi Anda. Misalnya, Anda menargetkan ingin punya mobil, liburan keluarga ke luar negeri, apa pun yang Anda sukai. Dengan begitu, Anda selalu bersemangat dan berkomitmen untuk terus menabung.

2. Alokasi dana tabungan di awal bulan
Anda perlu mengubah perilaku, menabung bukan di akhir bulan dengan menggunakan dana yang tersisa. Menabung bukan menyisihkan uang hasil bekerja selama sebulan, namun menabung adalah mengalokasikan dana dari penghasilan di awal bulan. Artinya, Anda perlu mengambil sejumlah uang dengan komposisi 10-30 persen setiap bulannya setiap kali menerima gaji. Perilaku ini merupakan tindakan pencegahan dari kehabisan dana untuk tabungan.

3. Membuat rekening khusus tabungan
Bedakan rekening pemasukan dan rekening tabungan untuk mengontrol keuangan setiap bulan. Jika menurut Anda merepotkan saat harus membagi uang dalam sejumlah rekening berbeda, Anda bisa menggunakan sistem amplop. Artinya, pisahkan uang yang dilokasikan untuk ditabung dalam satu amplop terpisah setiap bulannya. Jika sistem amplop menjadi pilihan Anda, pastikan Anda disiplin menjalankannya. Hindari penggunaan uang di luar rencana karena sangat mungkin terjadi uang di amplop Anda gunakan untuk kebutuhan lain yang tidak sesuai rencana. Disiplin dan komitmen menjadi syarat utama menggunakan sistem amplop ini. Jika memilih bank sebagai tempat menabung, saat membuka rekening tabungan sebaiknya kenali persyaratannya. Pilih bank yang memudahkan dan paling menguntungkan Anda.

4. Semakin besar penghasilan, semakin besar pula porsi tabungan
Berapa pun penghasilan Anda, besar atau kecil, kebiasaan menabung wajib dijalankan. Meski penghasilan di bawah rata-rata, tak ada alasan menunda kebiasaan menabung. Atur saja porsi tabungannya, ambil komposisi terendah yang disarankan perencana keuangan, yakni 10 persen. Jadi ketika Anda memiliki penghasilan tak ada alasan untuk tidak menabung. Seiring bertambahnya penghasilan Anda, tingkatkan alokasi dana untuk menabung hingga 30 persen dari gaji bulanan.

Minggu, 05 Juni 2011

Beda orang bodoh dan pintar

Orang bodoh belajar dari pengalaman diri sendiri. Orang pintar belajar dari pengalaman orang lain.

Keunggulan Asuransi Prudential Syariah

Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan produk asuransi berbasis syariah seperti bumiputera yang mengeluarkan bumiputera syariah, prudential dengan Prulink Syariah Assurance Account dan sebagainya. Fenomena ini ditandai dengan munculnya, PT. Asuransi Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994, sebuah perusahaan asuransi yang berbasis syariah. Fenomena ini mengundang sebuah pertanyaan. Apa keunggulan dari produk asuransi syariah?

Pertanyaan diatas adalah sebuah pertanyaan besar yang harus menjadi pertimbangan bagi kita semua. Hotbonar Sinaga, direktur utama Jamsostek, mengatakan bahwa keunggulan asuransi syariah bukan hanya berdasarkan sisi syariah seperti tidak adanya riba dalam investasi, unsur judi ataupun tidak dipenuhi dengan faktor ketidakpastian. Keunggulan nyata dari asuransi syariah, seperti juga produk keuangan syariah lainnya, tak lain adalah bagi hasil atau mudharabah. Karena itulah dalam asuransi syariah tidak dikenal adanya risk transfer tetapi lebih dikenal dengan nama risk sharing.

Keunggulan utama tersebut menciptakan keunggulan lainnya, yang membedakan produk ini secara nyata dengan produk non syariah. Dalam mekanisme pembayaran kontribusi dari nasabah, langsung dipisahkan menjadi dua yakni pertama masuk ke rekening tabarru’ atau proteksi dan yang kedua masuk ke rekening tabungan bagi hasil. Jadi sejak awal sudah dipisahkan. Kelebihannya dibandingkan asuransi konvensional dengan adanya rekening bagi hasil menunjukan bahwa sebagian premi memang sudah dialokasikan untuk dibagikan hasilnya berupa imbal hasil investasi kepada para pemegang polis.

Berbeda halnya dengan asuransi konvensional, karena tidak ada pemisahan premi maka pada tahun awal pembentukan cadangan, tidak ada sama sekali bagian yang menjadi hak nasabah pemegang polis. Sebagai akibatnya, bila pemegang polis tidak sanggup lagi melanjutkan melakukan penjualan polis kembali kepada perusahaan asurani untuk mendapatkan nilai tunai yang akan diterimanya bisa nihil. Kalaupun ada, besarnya nilai tunai pada tahun-tahun awal akan jauh berbeda dengan akumulasi premi yang pernah dibayarkannya.

Adanya rekening bagi hasil memungkinkan perusahaan asuransi syariah membagikan porsi hasil investasi dengan nasabah pemegang polis bila tidak terjadi klaim dalam satu tahun periode polis. Dalam asuransi konvensional, dikenal apa yang dinamakan no claim bonus. Yaitu, bonus yang akan diperoleh para pemegang polis khususnya dalam asuransi kerugian jika untuk beberapa tahun penutupan polis tidak pernah ada klaim yang diajukan. Dalam asuransi syariah, dengan adanya sistem bagi hasil memungkinkan pemberian bonus kepada tertanggung walapun penutupan polis baru saja berlangsung selama satu tahun. Pilihan bonus ini diberikan alternative bermacam-macam seperti disetorkan tunai, mengurangi premi periode perpanjangan, dihibahkan ke berbagai yayasan dalam bentuk infak dan shadaqah.

Namun, kendalanya di negara Indonesia produk asuransi syariah belum begitu dikenal oleh masyarakat sehingga banyak pihak yang belum mengetahui keunggulan asuransi ini. Berbeda dengan negara tetangga yakni, Malaysia, Brunei dan Singapura. Karena promosi gencar yang mereka lakukan menyebabkan pasar produk syariah tidak hanya dinikmati oleh kalangan muslim tetapi juga pihak non muslim. Tampaknya hal ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Kamis, 02 Juni 2011

Kalau semua orang jadi Agen Asuransi, terus siapa yang jadi Nasabahnya?

Adakalanya, pernyataan ini suka terlontar oleh orang yang mau diajak berbisnis sebagai agen asuransi, tapi entah kenapa tidak mau melanjutkan bisnisnya. Alasan yang paling populer adalah “Kan gak jalanin bisnis asuransi juga gak mati” atau “Selama masih ada pekerjaan lain yang bisa dijalanin, asuransi adalah pilihan terakhir”.

Buat saya ini adalah pernyataan yang sah-sah aja, sebabnya itu kan menyangkut hak orang untuk melakukan pilihannya. Kan kalau semua orang jadi Agen Asuransi, terus siapa yang jadi nasabahnya. Apa benar bisnis asuransi cocok untuk semua orang? Menurut anda, apa sih yang harus dimiliki calon agen asuransi supaya bisa sukses?

Silahkan simak lebih lanjut…

Menurut saya, peluang bisnis asuransi memang terbuka luas bagi siapa saja, namun sayangnya, statistik berkata lain, ternyata untuk sukses di bisnis asuransi jiwa, adalah bukan untuk semua orang, melainkan untuk orang-orang yang gigih dalam memperjuangkan kesuksesannya.

Berikut saya ringkaskan, beberapa poin penting untuk anda yang baru mau bergabung atau yang sudah bergabung tapi seperti hilang arah. Inilah beberapa hal penting yang anda harus mengerti dan pahami.

Untuk sukses di bisnis asuransi jiwa, setidaknya anda perlu memahami hal dibawah ini, yaitu:

* Percaya pada bisnis ini,
Siapapun orangnya, kalau hati, pikiran dan perkataan anda tidak sinkron atau nyambung, bagaimana bisa sukses. Hati bilang saya pasti sukses, Pikiran bilang apa iya ya, Perkataan bilang kayaknya saya gak bisa. Apakah menurut anda yang kayak gini bisa sukses?

* Kemauan yang keras untuk merubah nasib,
Salah satu keunggulan bisnis asuransi adalah gak perlu keluarin modal besar di awal, bahkan gak pakai modal sama sekali juga bisa, contoh sampai beli materai untuk teken kontrak aja disiapin sama leadernya. Tapi kalau ngomong masalah kemauan yang keras untuk merubah nasib, mau beli dimana selain dari diri sendiri.

* Masalahnya bukan bisa atau gak bisa, tapi Mau apa gak mau,
Banyak agen asuransi yang baru gabung, mikirnya harus dapetin dulu semua ilmu dan pengetahuannya, baru mau mulai jalan, tapi sayangnya bisnis ini tidak bisa seperti itu. Bisnis asuransi jiwa harus belajar sambil praktek, kalau ditanya tidak bisa jawab, itu hal yang wajar ditahap awal-awal. Jadi bukan karna bisa atau gak bisa, Masalahnya anda mau gak jalaninnya?

* Punya semangat yang besar dan pantang menyerah,
Ini berhubungan dengan poin nomor 2, yaitu kemauan yang keras untuk merubah nasib. Orang akan punya semangat yang besar tergantung dari alasan dibalik untuk apa dia bersusah-susah jalanin hidup. Semakin besar kemauannya semakin besar juga semangatnya. Orang sukses biasanya penuh dengan semangat yang terus re-fill.

* Punya rencana sukses,
Fail to Plan is Plan to Fail, miliki visi dan blueprint yang jelas tentang bagaimana anda akan sukses di bisnis asuransi jiwa ini. Kalau anda saja tidak tahu hitungan yang jelas bagaimana caranya bisa dapat pendapatan 100 juta/bulan contohnya. Gimana mau sukses?

* Harus pegang prinsip bahwa orang yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan saya adalah diri saya sendiri,
Ini penyakit yang sering sekali menjangkiti orang yang belum sukses, paling enak memang nyalain orang lain daripada salahin diri sendiri. Ambil keputusan, andalah yang paling bertanggung-jawab atas kesuksesan anda. Ya betul, anda yang lagi asyik baca tulisan ini adalah yang paling bertanggung-jawab atas kesuksesan anda sendiri. Jangan salahkan siapa-siapa..

* Leader kita sifatnya hanya membantu, jangan dijadikan Pembantu (awas nanti Kualat),
Ada beberapa kesalahan aturan main yang biasa terjadi di bisnis asuransi. Orang yang mengajak bisnis (Leader) karena begitu pedulinya, sampai-sampai bisa berubah peran menjadi pembantu pribadi untuk agennya. Tolong sana, tolong sini, sampai persis seperti asisten pribadi. Hati-hati, jangan sampai salah ambil peranan..

* Jangan pernah berhenti belajar, selalu kosongkan gelas anda dan tinggalkan jubah anda dari pekerjaan yang sebelumnya, apapun itu posisinya,

* Selalu perbanyak baca buku yang bagus dan ikut seminar yang bisa menambah kualitas pengetahuan dan kemampuan anda, seperti belajar tentang Cara Menjual Asuransi ke Klien Perusahaan.

* Fokus pada impian dan konsisten mengejarnya,
Agen asuransi yang gagal kalau ditanya kenapa anda gak lanjutin bisnis asuransinya? jawaban paling nge-trend adalah, “saya gak kuat sama penolakannya”. Sangat jelas diutarakan bahwa orang tersebut fokusnya pada masalah dan bukan pada impian, ini yang menyebabkan banyak orang gagal di bisnis asuransi jiwa.

* Pastikan anda ikut sistem,
Banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda bergabung ke bisnis asuransi, yang parahnya adalah apabila orang tersebut berlatar belakang sales/tenaga penjual. Biasanya ilmu yang dipakai bukan ilmu menjual asuransi tapi ilmunya yang lama. Orang ini akan banyak menjumpai penolakan dan keberatan yang harus di jawab. Pastikan ikut sistem, jangan pakai caranya sendiri, BAHAYA, ada resiko gagal.

* Praktekan apa yang anda pelajari,
Usahakan setiap bulan atau setiap tahun kuasai satu modul yang terbukti bisa menghasilkan uang yang cukup bagus. Praktekan ilmu anda dan jadilah master di bidang itu..

* Konsultasi dengan Leader selayaknya kepada Orang Tua,
Salah satu hal yang paling bernilai dari bisnis asuransi jiwa adalah, anda punya Leader yang siap membantu (ingat, bukan pembantu ya). Konsultasikan setiap masalah yang tidak bisa anda handle ke Leader anda, walaupun terkadang Leader anda belum punya jawaban atas permasalahan anda, paling tidak ada telinga yang bisa mendengarkan keluh-kesah anda, dari pada dilampiaskan ke tukang somay, ngomong juga udah gak nyambung. (maaf tukang Somay, hanya contoh aja, saya juga masih suksa somay kok).

* Berserah dalam doa, bukannya pasrah pada keadaan,
Bedanya adalah orang yang Berserah kepada Tuhan, menyerahkan segala sesuatunya dan fokus pada apa yang bisa dia lakukan. Sementara Pasrah adalah, menyerahkan segala sesuatunya pada Tuhan dan menunggu keadaan akan berubah dengan sendirinya. Menunggu hujan duit dan emas, adalah pekerjaan yang sia-sia, Ayo cepet, ganti baju anda, keluar dari rumah anda, temui orang yang siapa saja, ajaklah bicara orang yang membalas senyum anda, walau belum tentu closing, setidaknya anda dapat satu kenalan.

Cukup sudah tulisan saya…
Bisnis asuransi bukan untuk semua orang. Jadi tenang saja, anda pasti masih bisa dapat nasabah dan tidak akan kehabisan nasabah…

Salam Sejahtera,

Persiapkan Pensiun dari Sekarang !

Setiap orang pasti akan pensiun, dan berapapun usia Anda sekarang ini, pensiun adalah momen yang akan Anda hadapi. Karena pensiun adalah suatu kepastian maka seyogyanyalah setiap orang mempersiapkan diri untuk memasuki era baru dalam kehidupan itu. Persiapan psikologis, mental-spiritual, kesehatan dan tentu saja finansial.

Merupakan pertanyaan penting bagi seluruh karyawan: apakah kita pernah berpikir tentang pensiun? Apakah Anda khawatir memasuki masa pensiun? Bagaimana Anda mengelola keuangan di saat pensiun di tengah gejolak inflasi dan pajak yang mengurangi daya beli?

Untuk dapat menjalani masa pensiun dengan baik, diperlukan persiapan, salah satunya adalah persiapan di bidang keuangan. Dana yang dimiliki pensiunan harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan hasil yang lebih besar untuk membiayai kebutuhan hidup pensiunan, khususnya untuk pemeliharaan kesehatan yang semakin hari semakin mahal. Sumber dana pensiunan biasanya berasal dari Jamsostek, dari program dana pensiun perusahaan dan juga tabungan pribadi.

Para ahli menyatakan bahwa hal-hal yang mengancam pensiun itu jauh lebih serius daripada yang seringkali dipikirkan orang. Masalah keluarga yang berakhir dengan perceraian, masalah berhenti bekerja (karena pensiun) dan masalah kesehatan, seperti diabetes, stroke dan gangguanjantung, merupakan ancaman yang berbahaya bagi para pensiunan.

Dalam hubungan ini perlu diperhatikan beberapa nasihat berikut:

* Menabunglah sebelum datang masa sempitmu, Jangan tunda, mulailah menabung sekarang juga untuk pensiun nanti.
* Tentukan target yang realistis: Perkirakan berapa besar dana yang akan Anda dan keluarga butuhkan untuk pensiun nanti.
* Asuransi: Proteksi diri dan keluarga Anda dengan asuransi untuk kesehatan dan cacat. Karena tanpa asuransi kita patut bertanya pada diri kita, apakah dana pensiun yang kita himpun akan cukup membiayai perawatan dan pengobatan jika sakit?
* Jagalah kesehatan: dengan makanan yang sehat dan bergizi, olahraga, melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (regular medical checkup) dan mencari cara untuk menghilangkan stress. Kesehatan fisik dan mental pensiunan biasanya semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia, dan ini tentu memerlukan dana yang semakin besar untuk pemeliharaan dan perawatannya.
* Investasi Dini Kelebihan dana sekarang bisa kita alokasikan untuk investasi apapun bentuknya
* Jagalah keutuhan keluarga Anda.
* yang lebih penting BERDOA

Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita sudah mempersiapkan diri menghadapi masa pensiun yang mau tidak mau akan datang? Bagaimana persiapan anggota keluarga dalam menyikapi datangnya masa pensiun Anda? Apakah rencana Anda di masa pensiun nanti? Kekhawatiran apa sajakah yang Anda hadapi ketika dihadapkan dengan masa pensiun? Lebih jauh lagi, jenis investasi apakah yang cocok bagi Anda di masa pensiun? Dan jenis usaha apakah yang cocok untuk mengisi hari-hari pensiun Anda nanti?

Siapkah kita? Jangan tunda untuk memikirkan ini. Selagi masih muda dan punya kemampuan segeralah untuk memulai rencana pensiun Anda.

Keputusan Finansial: Rasional vs Emosional

Tulisan ini sebenarnya dikembangin dari sebuah tulisan Pak Elvin G Masassya (Kolom Investasi, Kompas, 27 Juni 2010) tentang gimana caranya membuat keputusan finansial dalam kehidupan pribadi sehari-hari. Kebetulan saya suka baca-baca tulisan beliau tiap minggu, menarik dan gampang dimengerti. Nah, knapa topik ini yg saya angkat? Karna kbetulan ada beberapa kejadian nyata di sekeliling saya yg bikin ingatan langsung kembali ke topik ini.

Okeh, kita balik dulu ke topik Pak Elvin. Jadi, menurut beliau, namanya keputusan finansial yg rasional harusnya yg bener2 sesuai ama kebutuhan, sesuai budget, ngga berdampak buruk thd anggaran belanja rutin, dll. Kalo yang emosional ya berarti sebaliknya. Gitu...

So knapa saya tertarik ngebahas ini? Karna ternyata banyak banget orang yang masih mengandalkan emosional dalam membuat keputusan finansial, walo pun tetep aja pake berbagai macem excuse. Padahal dalam pengelolaan keuangan keluarga, hal beginian adalah musuh utama. Mo liat contohnya? Mari...

Ada temen saya (30 tahun, 1 anak) yang bulan lalu akhirnya ngajuin loan ke kantor untuk beli mobil setelah sekian lama ditunda. Ngga ada yg salah dalam keputusan finansial ini, toh emang dia bener2 butuh mobil. Yang salah adalah keputusan ini dibuat dengan bumbu emosional juga, dimana dia ngga mau utk ngambil mobil murah (sesuai kemampuan) dengan alesan ngga suka modelnya. Akhirnya, karna limit dari kantor ngga mencukupi untuk ngebeli mobil idaman, jadinya dia mesti nyiapin DP yg lumayan gede dengan ngandelin soft loan dari ortunya. Duh, udah kerja gitu lho, masih ngandelin ortu aja demi gaya, hehehe...

Beda cerita lagi dengan temen istri saya, cewe single 27 tahun. Gaji masih pas2an tp pingin banget punya apartemen karna niru temennya yg lagi mo ngambil kredit apartmen juga. Apartmen subsidi sih, tp tetep aja jadi masalah krn ternyata cicilan DP dan uang apa lagi gitu (lupa saya) sangat besar dan bahkan nyaingin gaji bulanannya. Itu pun masih kurang, so mesti nguras tabungan yg sayangnya juga ngga seberapa. Padahal tu apartmen mo diapain juga blom ktauan, katanya sih yg penting mo punya aset dulu aja. Oke sih, tp jadi ngga bener juga karna akhirnya cuma ngandelin ortu utk hidup sehari-hari.

Ada lagi sodara saya yg tinggal di timur Indonesia sana, wanita single, umur 35 tahun, Kerjaan ngga punya, ngandelin duit kiriman ortu dan adiknya, tp penampilan selalu ngga mau kalah ama orang lain. Untung aja ngga tinggal di jakarta, so kelas seseorang cukup diukur dari handphonenya aja. Baru2 ini pas ktemu saya kaget karna dia udah pake BB Onyx plus nokia apaan gitu, tp kayanya tipe baru juga. Lebih kaget lagi waktu saya ditodong utk beliin pulsa. Yeeeaah, gw aja yg punya kerja tetap cuma pake Gemini gitu lho...

Moral story dari cerita di atas, apapun keputusan finansial yg kita bikin, sebaiknya bener-bener dipertimbangkan dengan baik dan sesuai dengan kemampuan. Jangan sampai kemudian malah nyusahin diri sendiri dan orang lain. Kalau pun barang yg akan dibeli adalah sesuatu yg bener2 dibutuhin, tetep aja harus balik lagi kemampuan kita sendiri. Jika tidak sesuai, sebaiknya kita tunda dulu atau nurunin kualitas barang yang kita butuhin. Tetep rasional aja.

Untuk saat ini saya sendiri punya 2 keputusan finansial, yg untungnya ngga gede, tp harus diakuin itu dibuat berdasarkan emosional aja. Pertama, waktu beli BB (langsung 2, utk istri juga) dgn ngandelin cicilan kartu kredit 12 bulan. Knapa emosional? Karna sbenernya keputusan itu dibuat tanpa ngeliat alokasi budget di cash flow bulanan. Sbenernya ngga sengaja juga, karna awalnya mau bayar setengah cash, stengah lagi nyicil, tp ternyata ngga bisa. Jadinya gimana? Terpaksa deh lebih menghemat pulsa dan ngurangin beberapa pos pengeluaran supaya bisa bayar cicilan BB sampai bulan ke 12 nanti. Kedua, kbetulan saya sangat suka ngoleksi CD original. Ngga bisa dibiarin sndirian dalam Aquarius, bisa langsung kalap. Minimal skali transaksi bisa ngabisin 300-600rb, Akibatnya? Menghemat deh utk bayar tagihannya nya bulan depan, hehehe (selalu bayar pake kartu kredit soalnya). Eh ada lagi, yg ini ngelibatin istri sih, yg lagi getol2nya blanja keperluan baby via internet. Jadi skarang saya ngga kaget lagi kalo tau2 dapet bbm: Pa, tolong transfer ke xxx, a/n xxx sejumlah Rp xxx yah... Nah gini ini nih, dadakan dan ga pernah masuk cash flow. Untung ga pernah gede jumlahnya, so masih bisa make budget shopping. Apaan tuh budget shopping? Nanti yah...

So, keputusan keuangan yang baik adalah yg berdasarkan rasionalitas, apalagi untuk yg ngelibatin duit gede (beli rumah, mobil, dll). Kalo untuk yg lebih kecil, kayak HP or CD, masih bisa dimaklumin lah kalo kadang2 lepas kontrol *nyari pembenaran*. Eh tapi bener lho, namanya manusia, paling susah untuk ngontrol diri kalo udah di mall, apalagi ada bandrol sale nya. So normal lah, asal tau cara ngatasinnya. Gimana caranya?

Nomer satu, niru dari saran Mbak Ligwina, kita bisa aja masukin satu pos khusus di cash flow bulanan kita, namain aja shopping budget/fund. Kalo ga dipake ya sukur (nambahin tabungan or diakumulasiin ke bulan depan), kalo kepake ya ga apa2, kan emang udah ada budgetnya. Misalnya tiap bulan kita budgetin 500rb, trus bulan ini ga kepake sama skali, dan tau2 bulan depannya lagi ada sale dan jadinya kita kalap dan belanja 1 juta. Konsekuensinya? Ngga ada, selain rasa lega karna pengeluaran udah sesuai budget.
Nomer dua, kalo emang ternyata ngga sempet bikin budget or ternyata budgetnya dah abis, segera bikin penyesuaian di cash flow bulanan kita. Jangan segan2 ngurangin budget di beberapa pos agar pendapatan bulanan masih bisa nutupin biaya dadakan ini tanpa harus ngeruk tabungan.
Nomer tiga, bisa juga gunain dana dari pendapatan ngga rutin (THR or bonus). Kayak skarang ini nih, boleh aja belanja dengan kartu kredit dulu, dengan catatan langsung dibayar waktu bonus masuk dan tanggal tagihannya blom terlewati,

Akhir kata: Pastikan semua keputusan financial dilakukan dengan pertimbangan serasional mungkin.

Financial Planning: Jangan Gampang Terpengaruh

Beberapa hari lalu waktu lagi nunggu lift di kantor, ga sngaja saya nguping pembicaraan orang laen yg lagi nunggu lift juga. Beneran lho ga sngaja, tp langsung konsen dengerin krn topiknya agak menggelitik.

Jadi gini, 2 orang yg lagi ngobrol itu ternyata adalah karyawan muda salah satu bank campuran yg masuk 10 besar bank top Indonesia. Intinya sih karyawan yg satu lagi curhat ama temennya. Cuplikan yg menarik perhatian saya adalah bagian ini nih:
A: Lo jadi ga beli reksadana? Katanya mo beli yg di Mandiri?
B: Ga jadi. Abis kata bini gw, minggu lalu dia dinasehatin ama pakliknya. Kata pakliknya, dia
aja yg udah 10 tahun kerja di bank tetep aja blom berani beli reksadana, apalagi gw yg baru kerja di bank 4 tahun. Resiko kgedean katanya.

Ini percakapan yg lucu menurut saya. Knapa?
Pertama: sejak kapan profesi di bidang perbankan bisa ngejamin pemahaman orang thd instrumen investasi? Perbankan itu bidangyg luas, banyak banget divisinya, mulai bagian
yg kerja cuma pake otak dikit sampe bagian yg selalu butuh ekstra otak. Iya sih lebay, tp point nya adalah mentang2 orang kerja di bank bukan berarti dia jd ngerti semuanya. Gimana kalo si paklik kerjanya di bagian operation, yg tiap hari ngurusun transaksi tarik, setor dan transfer, mana ngerti masalah reksadana?! Gimana kalo kerjanya di bagian atm, atau
admin kredit, atau teller? Bukan berarti mereka ngga ngerti lho ya, tp bidang kerja mereka ga
membuat mereka ngerti thd produk2 keuangan/investasi krn itu bukan bagian kerjaan mereka sehari2.

Kedua: financial planning adalah tanggung jawab masing2 pribadi, jadi semestinya setiap keputusan mengenai hal ini terletak sepenuhnya di tangan masing2 pribadi/keluarga tersebut. Ngapain harus dengerin orang lain? Mending kalo emang ternyata financial planning dia bagus. Lha kalo ga, sama aja kaya dengerin pembokat ngerumpi ga sih?!

Lagian, mentang2 kerja di bank, ngapain juga langsung dijadiin referensi ttg financial planning? Saya juga kerja di bank, punya temen banyak di dunia perbankan, tp sangat sedikit dari mereka yg ngerti ttg reksadana or financial planning. Jangankan mereka yg kerja di bidang operational or back office, yg kerja di bidang2 yg harusnya ngerti ttg investasi juga masih banyak yg ga ngerti ttg 2 hal ini. Lha wong CSO yg jualan reksadana aja blom tentu ngerti ttg financial planning.

Ada analis senior kredit korporasi di salah satu bank campuran, pengalaman kerja lebih dari
10 thn, jago banget kalo disuruh nganalisa perusahaan2 kakap Indonesia, tp ga punya financial planning sama skali. Lebih gampang buat dia nyari2 kemana cash flow perusahaan drpd nyari kemana gajinya selalu nguap tiap bulan. Lebih parah lagi, ga brani investasi selain di ORI. Reksadana? Ngertinya stlh nanya saya, hehehe.

Ada lagi relationship manager utk kredit korporasi (kredit dgn limit gede utk perusahaan
besar) di salah satu bank asing, pengalaman kerja nyaris 10 thn, investasinya cuma di
deposito. Lucunya, tagihan kartu kredit selalu cuma dibayar minimum setiap bulan. Ga ngerti
deh alesannya apa, mungkin krn di pikiran dia mendingan duitnya dibungain dulu di deposito.
Dengan kerjaan rutinnya dia yg sering nego bunga kredit dgn klien, matching-in cost of fund dgn bunga biar dpt margin gede, harusnya dia sangat2 ngerti kalo bunga deposito ga ada apa2nya dibanding bunga kartu kredit. Reksadana? Ga mau ngerti krn katanya berisiko.

Ada juga orang risk management bank asing juga, udah lama ngurusin market risk (10 tahun), lulus BSMR (ujian sertifikasi manajemen risiko utk para bankir) level 3 dgn nilai sempurna, bertanggung jawab dlm ngawasin asset liabilities management di banknya, tetep aja suka minjem duit ke temen2nya kalo deket2 akhir bulan. Lucu jg nih, asset liabilities pribadi justru ga terkelola dgn baik,hehehe...

Ada juga yg lebih parah (at least menurut saya), seorang staf senior bagian hukum bank lokal
besar, yg juga kepala keluarga berumur 40 thn dgn dua anak, sama skali ngga punya asuransi
jiwa. Cuma ngandelin asuransi kantor, yg jumlah pertanggungannya dia ga tau, apalagi masalah cukup apa ngganya tu duit utk ngidupin keluarganya kalo dia meninggal. Ironis, krn kerjaannya dia sehari2 adalah mastiin bahwa semua kredit yg diberikan udah dicover oleh covenant2 yg meminimalisir risiko bagi bank. Lha kok bisa jiwa nya sndiri ga dicover?! *geleng2 kpala*

Itu baru dikit lho, contoh dari beberapa bankir yg handal dalam kerjaan tp ancur2an dlm
financial planning serta ga ngerti investasi yg bener. Blom lagi bankir2 yg 'kurang handal',
banyak yg lebih parah lagi, hehehe. So, punya karir di perbankan mah bukan patokan buat
ngerti ttg investasi dan financial planning. Ngelola duit orang sih boleh jago, duit sendiri
blom tentu. Ga ada regulasi dan auditnya kali yah, hehehe...

So, balik ke masalah investasi dan financial planning. Saya kira kita semua sepakat kalo
masalah tersebut adalah tanggung jawab pribadi masing2 orang/keluarga, so keputusan
apa pun yg dibuat dlm hal tsb sebaiknya merupakan keputusan pribadi dan tidak dipengaruhi oleh pihak mana pun. Kenapa? Karna financial planning kita menentukan masa depan kita, dan masa depan kita hanya bisa ditentukan oleh kita sendiri. Emang sih masalah financial planning kalo diomongin ama orang lain pasti akan dapet tanggepan yg beragam. Dari yg bener sampe
yg super ngaco.

Saran saya, mulailah mempersenjatai diri dgn banyakin pengetahuan ttg financial planning dan investasi. Banyak kok referensi yg tersedia scara gratis: koran, majalah, website para financial planner, blog2 kayak punya saya ini, dll. Bisa juga keluar duit dikit dgn beli buku or ikut seminar2 yg terkait. Jangan lupa jg banyak diskusi dgn temen or sodara yg memang telah terbukti punya financial planning yg bagus. Dengan begitu, kita bisa menyaring informasi2 yg masuk, ngga gampang terpengaruh, dan dengan tepat memilih masa depan kita melalui financial planning yg tepat.

Salam.

Pentingnya Perlindungan Ketika Hidup di Tanah Risiko


Andai kutahu
Kapan tiba ajalku
Ku akan memohon,
Tuhan tolong panjangkan umurku…(Ungu Band)

Bersyukurlah kita karena kita tak pernah tahu kapan ia akan tiba. Seandainya setiap manusia sudah tahu kapan ajal akan tiba, atau akan seperti apa jalan hidupnya sampai ajal tiba, hidup akan membosankan. Monoton. Dan hanya akan dua tipe manusia di bumi ini: manusia tertawa dan manusia menangis. Yang jalan hidupnya indah akan tertawa sepanjang hidupnya, sedangkan yang pahit akan terus-terusan menangis dan meratap.

Namun karena justru ia adalah rahasia kepunyaan Sang Pemilik Hidup, kehidupan menjadi lebih penuh warna, memberi dinamika. Yang baru saja tertawa, tiba-tiba dipaksa atau terpaksa menangis. Dan sebaliknya. Karena manusia tidak pernah tahu rahasia yang satu ini, setiap orang dapat merencanakan hidupnya, bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik, dan bercita-cita menjalani hidup sesuai pilihannya. Dan karena apa yang akan terjadi dalam perjalanan waktu ke depan --bahkan untuk sedetik berikutnya—bersifat tidak pasti, manusia sesungguhnya memerlukan suatu cara untuk mengurangi risiko atas ketidakpastian itu. Misalnya ketika gambaran-gambaran hidup yang mereka susun menyimpang dari yang dibayangkan, dunia yang ingin mereka jalani berbeda antara harapan dan kenyataan, atau ketika Tuhan meminta kita “selesai”.

Namun, meski sebagian besar orang tahu bahwa ia harus mengurangi risiko itu, belum banyak orang yang bersedia berpikir ke arah sana. Atau kalaupun bersedia, belum tahu bagaimana caranya dan dengan apa. Di situlah peran utama asuransi. Masih sedikit orang yang “melek” terhadap asuransi, bahkan di kalangan yang sebenarnya memiliki kemampuan ekonomi untuk ikut dalam program perlindungan risiko tersebut. Bagi sebagian orang, asuransi dipandang kurang memberi manfaat karena biaya yang harus mereka keluarkan bisa mereka kelola sendiri dan berpotensi mendapatkan keuntungan lebih besar.

Sebagian lagi malah menganggap asuransi itu seperti judi. Padahal, perbedaannya sangat terang benderang. Dalam judi, orang dihadapkan pada satu dari dua kemungkinan, menang atau kalah. Untung atau rugi. Orang yang berjudi adalah orang yang mencari risiko dan mengambil risiko itu untuk dirinya. Sementara orang yang berasuransi adalah orang yang menghindari risiko. Filosofi asuransi, berbeda dari judi, adalah memberikan dukungan (finansial) tatkala seseorang atau lembaga mengalami kehilangan (barang, jasa, kesempatan, hingga nyawa) atau kerugian. Kalau judi bersifat menciptakan risiko dengan mencari keuntungan (dengan risiko yang sama besar akan mendapatkan kerugian), maka asuransi tidak bersifat mencari keuntungan (finansial) tetapi mengurangi dan menghindari risiko.

Mengapa risiko itu harus dihindari? Karena seperti bait lagu tadi, tahu kapan ajal tiba, atau kapan mala akan datang, hanyalah andai-andai.

Sejarah Panjang Asuransi

Asuransi sesungguhnya sudah muncul ketika sebuah komunitas masyarakat terbentuk dan beraktivitas. Orang-orang di China sejak abad ke-3 sebelum Masehi sudah mempraktekkan “sistem asuransi” ketika melakukan perdagangan yang dilakukan di sungai-sungai yang mereka lintasi untuk berdagang. Caranya adalah tidak menempatkan barang-barang mereka dalam satu kapal yang sama guna menghindari hilangnya seluruh barang bilamana terjadi perampokan di tengah jalan atas barang-barang mereka. Masyarakat Babilonia juga sudah melakukannya pada abad ke-2 sebelum Masehi. Pada masa itu, jika seorang pedagang mendapatkan pinjaman uang untuk mengirimkan barang-barang dagangan, si pedagang akan mencicil pinjaman tersebut dalam jumlah yang lebih besar dari nilai pinjaman, guna menghindari risiko pembayaran cicilan bilamana barang-barang dagangan yang mereka kirimkan dirampok atau hilang dalam perjalanan. Dalam catatan sejarah yang terekam pada Kitab Hammurabi, 1750 sebelum Masehi, praktek ini sudah dijalankan di tengah masyarakat pedagang-pedagang kapal yang mengarungi jazirah Mediterania.

Cerita kitab suci tentang Nabi Yusuf yang menjadi penasehat Raja Firaun di Mesir juga sering diangkat sebagai bagian dari sejarah asuransi. Ketika Mesir mengalami kemakmuran dan panen melimpah, Yusuf menasehati Firaun untuk menyimpan sebagian panenan, guna mengantisipasi keadaan buruk yang bisa terjadi di masa depan. Pesan kenabian Yusuf dapat dipandang sebagai upaya menghindari risiko, kalau-kalau terjadi hal buruk di masa depan. Dan benarlah demikian. Ketika bangsa Mesir dilanda paceklik dan wabah, simpanan panenan itu bermanfaat dan menyelamatkan rakyat Mesir dari kelaparan.

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa asuransi memang sudah ada ketika sebuah masyarakat terbentuk dan mengadakan interaksi satu sama lain dalam rangka menciptakan kehidupan yang lebih baik pada masanya. Bentuknya saja yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Di era modern, semakin banyak jenis asuransi yang ditawarkan seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia untuk terhindar dari risiko-risiko yang tidak diinginkannya. Mengasuransikan rumah dari ancaman kebakaran atau banjir, mengasuransikan mobil ketika risiko kecelakaan atau hilang muncul, mengasuransikan pendidikan anak dan kesehatan, atau mengasuransikan jiwa seseorang cuma beberapa contoh yang sudah jamak dijumpai dalam praktek asuransi modern. Kini, alat-alat elektronik atau perhiasan, bahkan lukisan atau tanaman, juga sudah dicakup dalam layanan asuransi. Bahkan seorang artis juga dapat mengasuransikan bagian tubuhnya yang dianggap penting. Tindakan atau kegiatan (artinya bukan barang) yang berpotensi menghasilkan risiko kerugian seperti perjalanan juga memperoleh perlindungan asuransi.

Hidup dengan Risiko
Orang Indonesia, boleh jadi orang yang suka mengambil risiko dan merasa risiko adalah bagian dari hidup. Secara geologis, Indonesia berada pada cincin api (ring of fire) Pasifik yang menyebabkan banyak gunung berapi di dataran ini. Ini artinya, dibandingkan kawasan lain, risiko bencana alam yang ditimbulkan dari gunung api di kawasan ini termasuk yang terbesar. Secara geologis pula, semua daerah di Indonesia kecuali Pulau Kalimantan adalah daerah yang rawan terjadi gempa. Orkestrasi alam yang memunculkan guncangan di permukaan bumi bisa terjadi puluhan kali setiap tahun. Gempa di Papua misalnya, segera memicu goncangan di kawasan lain yang jaraknya ribuan kilometer.

Dari sisi lingkungan dan kesehatan, Indonesia adalah negeri dengan pandemi dan korban flu burung tertinggi di dunia. Flu mematikan ini menyerang dan menyebar dari daratan Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, hingga Papua. Wabah ini mengguncang psikologi warga karena si virus memilih unggas sebagai media penularan, binatang yang dipelihara hampir seluruh masyarakat di seluruh Indonesia dan merupakan salah hewan konsumsi terpenting.

Belum lagi ketika kita bicara wabah lain yang diakibatkan oleh nyamuk. Setiap kali musim hujan tiba, sebagian besar rumah sakit di seluruh Indonesia disibukkan dengan meledaknya korban nyamuk demam berdarah. Korban-korban meninggal yang terlambat mendapatkan perawatan bertambah setiap tahun. Itu baru nyamuk demam berdarah. Nyamuk-nyamuk lainnya kini juga berkembang semakin pesat seiring dengan terciptanya ekosistem lembab dan panas yang diakibatkan oleh peningkatan temperatur udara lingkungan dan perubahan cuaca.

Dari sisi transportasi, Indonesia juga memegang rekor. Beberapa tahun belakangan ini, kecelakaan pesawat udara yang terjadi di tanah air menduduki peringkat teratas dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia. Itu baru pesawat udara. Sebagai negeri dengan banyak pulau, kapal juga merupakan transportasi utama di negeri ini. Dan simak saja berita di koran dan televisi tentang kecelakaan kapal yang terjadi di tanah air dua tahun belakangan ini saja.

Bila di laut dan di udara ancaman atau risiko kecelakaan sedemikian besar, setali tiga uang pula risiko kecelakaan transportasi darat. Kereta api anjlok hampir terjadi setiap bulan, padahal moda transportasi itu hanya tersedia di Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Tak bisa dibayangkan bila seluruh Indonesia dilayani oleh jasa ini. Belum lagi kecelakaan yang diakibatkan oleh moda transportasi darat terpenting yakni kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan yang terus meningkat tanpa ada pengendalian, pembatasan, atau pengurangan secara sistematis, jelas akan membuat jalan raya kian dipadati oleh kuda-kuda besi ini, baik roda dua maupun roda empat. Efeknya, keamanan dan keselamatan di jalan raya menjadi pertanyaan besar.

Namun anehnya, kesadaran warga untuk mengurangi risiko-risiko hidup di wilayah yang secara faktual seperti tergambar di atas justru masih terbilang rendah. Dari seluruh penduduk Indonesia yang jumlahnya kini mencapai kurang lebih 220 juta jiwa, mereka yang terlindungi oleh asuransi jumlahnya tak lebih dari 20 persen. Bandingkan dengan negara lain seperti Jepang yang asuransinya bisa mencapai angka 300 persen, yang artinya setiap orang rata-rata memiliki polis asuransi sebanyak tiga buah. Di negara tetangga seperti Malaysia, jumlah warga yang ikut serta dalam program asuransi mencapai hampir separuh dari jumlah penduduk.

Menumbuhkan Kesadaran Berasuransi
Dengan peta kasar yang tergambar di atas, ditambah fakta bahwa sesungguhnya penduduk Indonesia dikelilingi oleh risiko-risiko seperti itu, minat dan kesadaran berasuransi di kalangan warga jelas masih sangat rendah. Namun rendahnya kesadaran berasuransi ini sekaligus merupakan potensi besar bila pemerintah dapat menelurkan kebijakan dan regulasi yang mendorong tumbuhnya minat dan kesadaran berasuransi.

Tanggal 18 Oktober adalah waktu yang ditetapkan sebagai Hari Asuransi Indonesia. Momentum ini tentu saja penting dan perlu disosialisasikan supaya sebuah hari dalam setahun ini dapat digerakkan menjadi bola salju yang kian membesar sepanjang tahun. Tahun ini, asuransi mengambil tema “Asuransi Mitra Menuju Sejahtera”. Namun hingga saat ini, gaung itu belum menggema menjadi sebuah kesadaran baru dan gerakan yang sifatnya masif di tengah masyarakat. Artinya, kesadaran itu masih menyentuh lapisan masyarakat yang sama yang sebenarnya justru sudah “melek” asuransi, sementara sebagian besar masyarakat yang lain masih memilih hidup sebagaimana biasa dengan segala risiko-risikonya, tanpa pernah digugah kesadarannya bahwa risiko itu bisa dihindari atau dikurangi.

Ingat, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok pada kita dan ketika kita terlambat melindungi diri, sia-sialah semuanya. Selamat merayakan hari asuransi.

Urgensi Perencanaan Keuangan Keluarga

Seberapa Pentingkah Asuransi Jiwa? Apakah semua orang membutuhkan Asuransi Jiwa ? jawabannya adalah : YA……merupakan suatu keharusan dan harus secepatnya. Jangan ditunda. Jika kita ingin mensyukuri apa yang diberikan oleh – Nya, manusia harus tetap berusaha. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, lakukan antisipasi dengan memiliki asuransi jiwa.

Dalam memilih berasuransi kita haruslah jeli dan disesuaikan dengan kebutuhan kita. Ada Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Pendidikan. Sedemikian banyaknya pilihan yang ada, namun pilihan terbaik adalajavascript:void(0)h yang sudah dikemas menjadi satu.

Banyak terjadi sebuah keluarga harus menerima kenyataan hidup pahit. Sang Ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah jatuh sakit dan sampai meninggal dunia sehingga meninggalkan sang istri yang tidak bekerja dan 2 anaknya yang masih kecil. Anaknya baru menginjak umur 3 tahun dan 5 tahun. Kehidupan tetaplah harus dijalani, namun sang istri akan sangatlah kesulitan biaya untuk membesarkan ke dua anak-anaknya.

Jaga keluarga anda dari resiko di atas dengan memiliki Asuransi Jiwa. Jikalau keluarga tersebut - setidaknya sang ayah - sudah memiliki Asuransi Jiwa, tentulah secara materi lebih meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Karena berada di rumah sakit tentulah menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Bisa saja sampai menghabiskan aset yang dimiliki.

Dengan demikian bila Anda sudah ber-Asuransi Jiwa dapat dikatakan Anda sudah memiliki Proteksi Income dan sudah merencanakan keuangan untuk masa depan keluarga sesuai perjanjian dengan penerbit polis asuransi jiwa. Anda pasti akan mendapatkan penggantian klaim yang sesuai asal data kesehatan diberikan sesuai kondisi sebenarnya. Tidak ada rekayasa data kesehatan.

Perencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan sekali dan dilupakan. Maka ada banyak orang yang membeli Asuransi Jiwa sampai 5 polis bahkan lebih, demi keluarga yang disayangi. Untuk istrinya dan anak-anaknya. ( Tiap anggota keluarga bisa memiliki 1 s/d 2 polis ) Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses bagi yang lajang atau belum bekeluarga. Jangan pernah karena merasa kesehatannya masih bagus lalu menunda memiliki Asuransi Jiwa. Semakin muda umur Anda semakin bagus untuk segera memproteksi diri, memiliiki Proteksi Income dan Investasi untuk perencanaan keuangan di masa depan.

Sang ayah boleh bekerja keras kapan pun dan di mana pun. Kerja terus menerus sampai terkadang lupa memperhatikan kesehatan. Demi keluarga istri dan anak – anaknya apapun akan dilakukan. Tetapi jangan lupa sampai terjadi sesuatu pada kesehatan sang ayah, akan lebih susah lagi dampaknya. Dapat di katakan percuma hasil kerja sekian tahun, jika hasil income yang didapat tidak disisihkan untuk mempunyai proteksi diri.

Lihat lah senyuman anak – anak yang membutuhkan orang tuanya. Mereka perlu kehidupan, perlu sekolah, perlu biaya jika sampai sakit.

Kehidupan keluarga akan selalu berubah dan perencanaan keuangan keluarga harus mengikuti perubahan yang terjadi dalam keuangan keluarga. Kekuatan perencanaan didukung dengan investasi yang bijak. Investasi dalam arti yang paling dasar adalah, menempatkan dana Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Berasuransi & bernvestasi merupakan sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan Anda untuk menyayangi, mencintai keluarga dan menjaga kekayaan.

Dengan Anda memiliki sebuah rekening asuransi, maka Anda telah BERASURANSI sekaligus BERINVESTASI untuk masa depan Anda dan Keluarga.

Selamat Merencanakan Keuangan Anda.

sumber: www.wikimu.com

Benar Ternyata, Menulis itu butuh Konsistensi

Bagi sebagian orang mungkin menulis bukan hal yang penting. Bahkan boleh jadi, bukan sesuatu yang harus jadi prioritas. Bagi Aku, menulis it...