Minggu, 25 September 2022

Benar Ternyata, Menulis itu butuh Konsistensi

Bagi sebagian orang mungkin menulis bukan hal yang penting. Bahkan boleh jadi, bukan sesuatu yang harus jadi prioritas. Bagi Aku, menulis itu kehidupan. Menulis itu membangun peradaban. Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menjadi bermanfaat sebalin melahirkan warisan yang everlasting

Saya kehilangan tahun 2021 untuk menulis di blog ini. Dan itu tercatat di blog ini. Duh...kemana aja selama ini ya.. Ternyata, untuk kasusku, alasannya hilang arah, tidak fokus, sibuk ngurusi yang boleh jadi ga penting.

Akhirnya, harus diakui. Memang Menulis itu butuk Konsistensi. Bukan hanya kata-kata penuh retorika tanpa karya nyata. Semoga, Aku bisa lanjutkan menulis ini jadi tradisi baik.

Aamiin    

Minggu, 06 Desember 2020

Menjaga integritas ASN Kementerian Agama di Era New Normal

Integritas adalah mantra utama bagi tiap ASN Kementerian Agama. Kata Integritas menjadi bagian penting untuk menunjukkan bagaimana ASN Kementerian Agama berproses menjalankan Tusi (Tugas dan Fungsi)-nya. Integritas pula yang dijadikan nilai dasar pertama dalam Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama. Sehingga tidak berlebihan kiranya, jika setiap ASN Kementerian Agama harus benar-benar memperhatikan dan menginternalisasi nilai Integritas tersebut dalam berbagai suasana dan zaman, termasuk di Era New Normal.


Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan manusia dalam berbagai aspek nilai, peradaban dan budaya manusia. Ada yang bergeser dan secara massif mulai ada kebiasaan baru di sekitar kita. Penggunaan masker, jaga jarak, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan, dll adalah hal-hal baru yang seharusnya menjadi kebiasaan dan budaya baru. Dalam aktivitas belajar dan bekerja, penggunaan Zoom Cloud Meeting, Webex, Google Meet dll, telah menjadi media aplikasi yang biasa digunakan selama era pandemi Covid-19.


Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengantisipasi dan menanggulangi dampak Covid-19 ini. Termasuk di antaranya kebijakan Work From Office (WFO) dan Work From Home (WFH). Belum lagi dengan kebijakan Menteri Agama untuk tiap Eselon 1 dan II agar serapan anggaran yang teruang dalam DIPA bisa mencapai 75%. Hal ini tentu menuntut semua pihak di internal Kementerian Agama untuk betul-betul peduli dan sigap dengan tidak abai terhadap nilai-nilai integritas sebagai ASN.


Di era kenormalan baru, ASN Kementerian Agama dituntut mengaktualisasikan nilai integritas dengan mengembangkan tiga hal. Pertama, penguatan dan internalisasi nilai Iman dan takwa. Nilai integritas merupakan nilai pertama dan menjadi pondasi bagi nilai lainnya dari Nilai-Nilai Kementerian Agama. Dengan memperkuat keimanan dan ketakwaan, seorang ASN akan selalu diingatan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah. Setiap ibadah harus diniatkan dengan ketulusan hati untuk mengabdi. Bukan hanya persoalan gaji atau reputasi. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa nilai-nilai spiritual agama memengaruhi gaya kepemimpinan, peningkatan motivasi berprestasi, turunnya korupsi dan meningkatnya kinerja. Walaupun tidak dipungkiri, ada juga kasus yang anomali ketika berbicara implementasi agama dan kehidupan sosial. Tapi, sebagai warga negara yang memegang teguh Pancasila dan seorang yang beragama, sudah seharusnya nilai-nilai agama yang mewujud dalam keimanan dan ketakwaan, harus tetap hidup dan terjaga di setiap masa.



kedua, kapasitas dan kompetensi digital dalam penggunaan IT dengan nilai2-nilai yang ada di dalamnya. Saat ini, orientasi nilai integritas akan lebih kuat jika tiap ASN menggunakan teknologi dengan efektif, efisien, bijak dan produktif. Tidak dipungkiri, godaan menggunakan teknologi untuk hal-hal yang berbau 'having fun', hedonisme, atau ukuran prestise sangat kental terjadi.

 

Alih-alih digunakan untuk mengerjakan tugas kantor, malah terlena waktu untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak perlu. Sebagai ASN Kementerian Agama, perlu kiranya memperhatikan integritas diri dengan menjaga kapasitas dan kualitas diri di era teknologi. Namun, teknologi hanya alat. Penentunya tetap manusia. Akan dibawa kemana Teknologi itu dimanfaatkan dan digunakan, akan sangat tergantung preferensi, nilai, dan orientasi manusia itu sendiri. sebagai seorang ASN, teknologi harus bisa mendukung kinerja dan penuntasan beban kerja. Sehingga kediriannya sebagai seorang ASN yang berintegritas tidak luntur, hanya karena dampak teknologi yang kadang atau cenderung menggoda kita untuk tidak sesuai dengan tujuan awalnya.


Ketiga, penguatan dan konsisten terhadap nilai dan budaya bangsa. Untuk bagian ketiga ini, era kenormalan baru merupakan batu ujian yang harus dihadapi oleh kita. Jangan sampai terjadi, integritas ASN Kementerian Agama dipertanyakan; hanya karena memiliki sikap dan pandangan yang ambigu. ASN Kementerian Agama seharusnya tetap fokus pada tugas dan fungsi kita sebagai ASN yang berintegritas. Hindari sikap dan praktik kerja yang tidak sejalan dengan pemerintah secara vertikal. Jaga dan rawat nilai dan budaya bangsa untuk menjadi nilai seorang ASN yang moderat terhadap perubahan dan perkembangan zaman.

 

Di era new normal ini, diperlukan kesadaran dan kedisiplinan masyarakat secara kolektif dalam mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker ketika keluar rumah, menghindari kerumuman, jaga jarak aman (physical distancing), cuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir atau hand sanitizer, dan mengonsumsi vitamin dan makanan yang bergizi. 

 

Adanya kesadaran mematuhi berbagai ketentuan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum Mengikuti perkembangan berita terkait dengan kasus pandemi Covid-19 yang mengenai jumlah korban yang terpapar, sembuh dan meninggal pemberitaannya terus di-update oleh media TV dan media cetak. Hal-hal tersebut adalah ilustrasi tentang aktualiasasi nilai integritas di era New Normal dalam konteks nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. 

 

Menjadi ASN di Kemenag haruslah disyukuri dengan penghayatan yang benar. Menjaga integritas di kementerian ini tidak mudah. Saat ini, saudara-saudara kita ada yang harus kerja keras bertahan hidup karena di PHK dari pekerjaannya. Di era new normal ada saudara-saudara kita yang tidak normal kehidupannya. 

 

Di saat saudara kita banyak yang dirumahkan dari pekerjaannya karena Pandemic Covid-19, kita masih bisa menikmati pekerjaan sebagai ASN dengan nyaman. Mungkin jika ada pilihan, maka lebih baik kita lelah bekerja, daripada lelah mencari kerja. Dan, jika masih ada yang mengeluh dengan status ASN ini, entah karena kecilnya gaji, pangkat yang rendah, padatnya volume kerja, atau apapun itu, semoga bukan kita.

 

MSN


Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran tahun ini memang beda

Kita semua sedang mengalami kegembiraan dalam menjalani lebaran. Biasanya begitu. Tapi tidak tahun ini. Ya..tahun 2020 justru membuat kita menjadi beda. Ada Covid-19 di sekitar kita.

Virus Corona telah menjadikan kita belajar. Bahwa makhluk hidup yang sangat kecil ini telah mengubah wajah dan prilaku warga dunia. Termasuk saat menghadapi lebaran.

Sabtu, 04 April 2020

Urgensi Penilaian Buku Pendidikan Agama

*Urgensi Penilaian Buku Pendidikan dan Keagamaan di Indonesia.*

*Mulyawan Safwandy Nugraha*

Ada hal yg sama disadari publik saat ini adalah bahwa ada hubungan erat antara bahan bacaan dengan sikap, cara berpikir dan bertindak seseorang. Artinya bahwa cara pandang tentang bahan bacaan menjadi input yg urgen dalam memengaruhi hal yang disebutkan tadi.

Kesadaran ini melahirkan pemikiran bahwa untuk memberikan efek positif atau bahkan negatif, tergantung bahan bacaannya. Saat ini bahan bacaan itu meluas tidak hanya berupa manuskrip, buku atau teks yg bersifat fisik, namun juga digital. Hal ini ditambah kecanggihan teknologi informasi yg bergerak dgn sangat-sangat cepat. 

Perubahan terjadi dalam hitungan detik. Informasi diterima langsung oleh masyarakat di tangannya. Berita yang Hak dengan yang Hoaks, berseliweran tak mengenal arah. Ekstrimnya lagi, tidak mengenal batas usia, bahkan konten atau materi apapun bisa diserap oleh siapapun dan kapanpun itu diperlukan.

Hal ini tentu harus diantisipasi. Peradaban yang sudah maju ini, dgn modernnya teknologi, jangan diisi dengan perilaku bar-bar penggunanya. Antisipasi ini dilakukan dalam rangka menjaga Marwah kemanusiaan. Jika dibiarkan meluas dan tanpa antisipasi, dampak buruk secara logis bakal terjadi.

Semua kita tentu sepakat bahwa pemerintah punya andil besar utk menjaga rakyatnya dari semua pengaruh buruk yang terjadi. Pemantauan dan pengendalian perlu dilakukan, tentu dengan menjaga nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi masyarakatnya. 

Salah satunya, upaya tersebut adalah dgn menjaga bahan bacaan utk warga negara yg sedang belajar di sekolah dan madrasah. Tepatnya, di satuan pendidikan dasar dan menengah. Sumber pelajaran berupa buku pendidikan tersebut penting dijaga jangan sampai memberikan pengaruh yg bersifat laten utk anak dalam usia yg belum matang.

Dalam konteks ini, Pendidikan Agama diharapkan mampu menjadi benteng antisipasi masuknya pengaruh buruk dan menyimpang dari isu-isu yang saat ini berkembang. Isu tersebut seperti: radikalisme, anti Pancasila, ujaran kebencian, ujaran berbau SARA, adu domba dan lain-lain.  Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa buku pendidikan agama seharusnya berisi tentang pengetahuan yang mencerdaskan secara intelektual, muatan adab dan perilaku yang mengarah pada pembentukan karakter bernuansa kitab suci.

Dalam sistem perbukuan di Indonesia, pihak Kementerian Agama, menjadi lembaga yg berwenang melakukan penilaian terhadap Buku Pendidikan Agama dan Keagamaan di sekolah dan madrasah. Ada harapan, bahwa dengan dilakukannya penilaian ini, masyarakat menjadi terjaga dari bahaya munculnya isu-isu di atas. 

Tanggung jawab ini tentu tidak mudah dilakukan oleh Kementerian Agama. Menteri Agama sudah seyogyanya memberikan perhatian yg besar dan fokus terhadap Penilaian buku Pendidikan Agama ini. Hal ini bisa dimulai dengan mengajukan pendirian Institusi/lembaga khusus Penilaian Buku Pendidikan Agama dan Keagamaan minimal setingkat eselon II. Lembaga ini khusus menjadi lembaga yang melayani masyarakat (dalam hal ini penerbit buku) utk secara simultan Tugas dan fungsinya melakukan penilaian buku.

Dampak dari adanya institusi khusus ini adalah pejabat dan staf yg ada di dalamnya memang khusus utk melakukan penilaian buku pendidikan agama dan keagamaan. Termasuk anggarannya. Sehingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama,dapat dengan leluasa melakukan pelayanan publik dalam penilaian buku.

Dalam proses transisi saat ini, sesuai dengan amanat KMA tahun 2018 tentang Penialain Buku Pendidikan Agama. proses penilaian buku pendidikan agama dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat, dengan pelaksana oleh Puslitbang Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO). Secara formal pasca berlakunya KMA tersebut, penilaian buku baru dimulai tahun 2019 dan akan dilanjutkan pada tahun 2020. 

Rekomendasi lainnya adalah perlunya segera Menteri Agama mengeluarkan KMA tentang Penilaian Buku pendidikan Keagamaan. Ini sebagai pelengkap regulasi amanat UU sistem perbukuan. 

Tulisan ini sengaja diangkat mengingat urgensi penilaian buku pendidikan agama dan keagamaan agar dilakukan secara tepat sasaran, tepat pengelolaan, dan tepat hasil keluarannya. 

Semoga.

produktif walau hanya di rumah.

Virus Corona (Covid-19) memang ganas. Mengubah Tatanan dunia. Ya..seluruh aspek hidup manusia.

Sampai utk urusan agama saja, virus ini juga berpengaruh. Semua pihak harus menahan diri masing-masing dalam berkegiatan. Penyebaran virus ini sudah sangat mengkhawatirkan..

Tetaplah produktif..walalu di rumah emang perasaannya males banget...

Selalu produktif.
Sayangi waktu..

MSN

Harus Terus bergerak...atau mati

Teruslah bergerak...
dan jangan diam...
selalu fokus pada tujuan,
nikmati prosesnya....
walau pahit..


Belajar hal-hal baru.
menjadi pribadi yang lebih mandiri dan dewasa

MSN

Senin, 04 November 2019

Kegiatan Evaluasi dan Penyusunan Laporan Kegiatan Tahun Anggaran 2019

Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari, 4-6 November 2019 bertempat di Royal Safari Garden Hotel Cisarua Bogor.

Aktivitas ini menjadi titik review untuk persiapan menghadapi audit Inspektorat yang akan dilaksanakan di awal November 2019.


Menjadi bos untuk diri kita sendiri – Being the Boss (Linda Hill)
a. Meningktakan kompetensi
b. Meyakinkan diri untuk membangun Trust, untuk saling percaya. dan bisa diandalkan.
c. It’s my journey. Ini hidup saya. 

Budaya Kerja menentukan hidup kita.

How to be the boss (great leader)
a. Manage yourself (Mendefinikan diri, Mendefinikan pekerjaan)
b. Manage your network (perbanyak kawan)
c. Manage your team (core of the core-nya)

Benar Ternyata, Menulis itu butuh Konsistensi

Bagi sebagian orang mungkin menulis bukan hal yang penting. Bahkan boleh jadi, bukan sesuatu yang harus jadi prioritas. Bagi Aku, menulis it...