Jumat, 07 Januari 2011

Jiwa melayani

kita kadang ingin jadi orang yang diperhitungkan. dihargai dan dihormati. sepertinya itu sah dan lumrah sebagai sifat dasae manusia. namun tidak jarang kita tidak mengerti dan memahami bagaimana keinginan itu bisa terlaksana.

sifat kekanak-kanakan biasanya yang menjadi pengahalang seseorang berbuat dewasa. sikap dan mind setnya tidak berubah. karakter hanya ingin dirinya yang dipahami oleh orang lain dan bukan sebaliknya. itu yang banyak terjadi.

sepengetahuan saya, seseorang diperhitungkan atau dihargai atau bahkan dihormati, adalah karena seseorang mampu memenuhi kepentingan, kebutuhan dan harapan orang lain. dia menjadi "brand" untuk kebutuhan orang lain. mampu memberikan sebanyak-bayaknya kemanfaatan bagi orang lain. dengan kata lain dia memiliki jiwa untuk mau menyisihkan sebagian dari hati, waktu, tenaga, pikiran, harta, kemampuan dll untuk orang lain. ujung-ujungnya kepuasan orang lain yang didapat dari dirinya pada hakikatnya adalah pancaran dari jiwa melayani.

kenapa jiwa melayani? karena biasayna manusia kebanyakan hanya ingin DILAYANI. menuntut orang untuk melayaninya. itu pikiran dan sikap kekanak-kanakan. seperti seorang anak yang nangis dengan sejadi-jadinya hanya karena menginginkan es-krim?
ah terlalu...

jadi pilihan ada di tangan kita. mana yang mau dipilih. jiwa melayani atau sikap ingin dilayani?

Tidak ada komentar:

10 SDGs | Budaya Kerja Positif yang Dimulai dari Kepemimpinan Kuat

Oleh: Mulyawan Safwandy NugrahaK etua Dewan Pendidikan Kota Sukabumi Direktur Research and Literacy Institute (RLI) Dosen UIN Sunan Gunung D...