Selasa, 11 Juni 2013

Miskin

Tidak ada seorang pun yang hidupnya ingin miskin. Siapapun, termasuk Anda. Kata itu identik dengan kesengsaraan hidup dan ketidakberdayaan dalam menikmati kehidupan. Miskin menggambarkan kesusahan yang tak berkesudahan. Adagium Islam menyebutkan bahwa kemiskinan bisa menjurus pada kekufuran atau keluarnya seseorang dari agama. Saking akutnya akibat dari kemiskinan, Allah pun melarang manusia membunuh anak ataupun manusia yang lain hanya karena takut miskin.

Ada pernyataan yang cukup membingungkan ketika ada yang menyatakan bahwa hidup miskin sesungguhnya akan membuat hidup tidak repot. Tidak banyak yang diinginkan, karena memang tidak ada yang diinginkannya dan tidak mampu mendapatkan keinginan itu. Bahkan, katanya, nanti di akhirat, orang miskin akan cepat di"eksekusi" , tidak seperti orang kaya, yang wakatunya sangat panjang saat tuhan mengeksekusinya.

Menurut penulis, kaya atau miskin adalah pilihan. Bukan Sekedar Takdir. Ukuran kemiskinan pun sangat relatif dan tergantung siapa yang berbicara. Tiap manusia punya Kekuasaan dan keinginan (kudrah dan iradah) untuk mewujudkan apa yang diinginkan, termasuk pilihan miskin atau tidak. Tapi saat ini, miskin pun ternyata bisa diciptakan. Ketidakadilan pengelola masyarakat, yang kita sebut Government (yang padahal arti aslinya pelayanan, tapi malah salah kaprah dimaknai PEMERINTAH)juga sangat berpengaruh terhadap munculnya warga miskin. kemiskinan jenis ini biasa disebut kemiskinan Struktural. istilah tepatnya pemiskinan.

Banyak modus yang terjadi dan mengakibatkkan kemiskinan akibat struktural ini. Di antaranya, ketika anggara yang dialokasikan dalam APBN/APBD tidakk secara maksimal ditujukan dan diorientasikan untuk pembangunan masyarakat, baik secara fisik maupun non fisik. selain itu, kebijakan yang diatur dalam regulasi, dari mulai Undang-Undang samopai dengan Perda di daerah juga mendukung lahirnya kemiskinan dalam jumlah yang besar, bervariasi dan beragam jenis. Kasus seperti kenaikan tarif Dasar Listrik menjadi contoh yang sangat kongkret.

Janganlah



Tidak ada komentar:

Benar Ternyata, Menulis itu butuh Konsistensi

Bagi sebagian orang mungkin menulis bukan hal yang penting. Bahkan boleh jadi, bukan sesuatu yang harus jadi prioritas. Bagi Aku, menulis it...